Militer Myanmar Dijatuhkan Sanksi Baru Oleh AS,Kanada, dan Inggris

Jakarta Tiga negara yaitu AS, Inggris, dan Kanada menjatuhan sanksi terkoordinasi terhadap penguasa militer Myanmar dan entitas terkait, dalam serangkaian sanksi terbaru sejak militer menggulingkan kekuasaan melalui kudeta pada 1 Februari lalu.

Pada Senin, AS menyampaikan pihaknya menargetkan Dewan Administrasi Negara (SAC) yang menjalankan pemerintahan dan 13 pejabat, membekukan setiap aset mereka yang ada di AS dan melarang warga Amerika bekerja sama atau melakukan kesepakatan dengan mereka.

Kanada menyampaikan, pihaknya menerapkan sanksi tambahan terhadap individu dan entitas yang berkaitan dengan pasukan bersenjata Myanmar, sementara Inggris mengumumkan sanksi terhadap perusahaan milik negara Myanmar Gems Enterprise, yang juga menjadi sasaran sanksi sebelumnya.

"Tindakan kami hari ini menekankan ketegasan kami dan bahwa rekan-rekan kami memberlakukan tekanan politik dan finansial terhadap rezim tersebut sepanjang mereka gagal menghentikan kekerasan dan mengambil tindakan penting untuk menghormati kehendak rakyat," kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dalam sebuah pernyataan saat mengumumkan sanksi tersebut, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (18/5).

"Kanada berpihak pada rakyat Myanmar saat mereka terus berjuang mengembalikan demokrasi dan kebebasan di negara mereka dan kami tidak akan ragu-ragu untuk mengambil tindakan lebih lanjut," kata Menteri Luar Negeri, Marc Garneau dalam sebuah pernyataan.

Unjuk rasa di seluruh Myanmar terus berlanjut sejak kudeta 1 Februari, yang menangkap dan menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi. Sedikitnya 796 telah terbunuh oleh pasukan keamanan sejak kudeta, menurut kelompok pemantau, dan hampir 4.000 orang ditangkap.

AS dan sejumlah negara Barat lainnya terus menambah petinggi militer Myanmar, termasuk perusahaan negara yang mendanai militer, ke dalam daftar sanksi mereka dalam upaya menekan tentara agar mengembalikan demokrasi.

Kekerasan terus berlanjut, di mana pengeboman dilaporkan setiap hari, milisi lokal dibentuk untuk melawan tentara, dan unjuk rasa serta pemogokan oleh penentang kudeta berlangsung di seluruh negeri.

Pada Minggu, enam pemberontak oposisi dibunuh militer setelah konfrontasi berhari-hari, kata pasukan pertahanan anti kudeta untuk warga sipil.

Di negara bagian Chin di wilayah barat Myanmar, kota Mindat muncul sebagai titik panas kerusuhan, di mana beberapa penduduk membentuk Pasukan Pertahanan Tanah Chin (CDF).

"Enam anggota CDF kami yang berusaha melindungi keamanan warga di Mindat diserang (militer) dan mengorbankan nyawa mereka demi revolusi nasional," jelas CDF dalam pernyataannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polisi Pastikan Kasus Pemerkosaan Dan Penyekapan Yang Melibatkan Anak DPRD Pekan Baru Tetap Berjalan

Berawal Dari Cekcok Adu Mulut, Seorang Pria Dianiaya Dan Dibakar Hingga Tewas Oleh Sekelompok Orang

Diduga Karena Dendam Masalah Pekerjaan, Seorang Pria di Timor Tengah Utara Menikam Temannya